Sembari memanaskan mesin thrash metal menuju album penuh kedua di tahun ini, Iron Voltage merilis single terbarunya, “Forsaken Reign”. Masih dengan kepungan nuansa old-school, lagu ini menggambarkan suasana kalut penuh tekanan dalam menghadapi kebrutalan para penguasa di seluruh dunia yang makin khatam menindas.
Dari sisi kebaruan komposisi musik, Iron Voltage nekat menyeret dentuman drum mereka di garis terdepan; sebuah langkah yang kerap dihindari band dalam merancang lagu. Gemuruh drum ini didorong untuk menegaskan inti lagu: “To the last point of blood//Fight for the fire of truth!”
“Forsaken Reign” melucuti tingkah para penguasa yang menginjak-injak hajat hidup manusia hingga hari ini. Di Palestina, genosida Israel terus merangsek tanpa ampun. Warga sipil hingga anak-anak dilenyapkan oleh mesiu.
Negara adikuasa tutup mata, suara-suara bangsa lainnya tak digubris. Di Tanah Air, peta negara dianggap papan bermain oleh penguasa dan pemilik modal. Hutan dan kota diambil alih, kaum papa tersingkir dan terusir.
Judol dan pinjol “dipelihara” negara. Kelas menengah terlilit, warga miskin makin terhimpit. Saat warga berteriak, tongkat-tongkat hukum mengayun sebagai pemukul pembayar pajak.
Kini, duet maut penguasa dan pemilik modal mulai menguasai ketergantungan publik via internet. Mereka memproduksi konten digital penuh rekayasa dan memanfaatkan perilaku pengguna media sosial dengan mendistribusikan narasi-narasi palsu. Tanpa penyadaran kolektif, publik yang terpengaruh akan melenggangkan kekuasaan kalangan elit hingga masa depan.
Kondisi-kondisi tersebut menjadi cikal bakal lahirnya “Forsaken Reign”. Lagu ini berisi suara-suara yang diperoleh dari lingkungan sekitar maupun percakapan di media sosial.
“Orang-orang udah semakin capek melihat tingkah para penguasa dunia, termasuk di sekeliling kita. Saat dilawan, mereka udah enggak malu memperlihatkan kebodohan, sambil terus menerus memamerkan kekuatan,” kata Yowdi, gitaris Iron Voltage.
“Forsaken Reign” merupakan bentuk gumpalan besar perspektif publik dengan rasa kepercayaan kepada pemerintah yang kian kering.
“Sistem pemerintahan kacau dan banyak rekayasa. Isinya selalu bobrok karena terus memproduksi dan mendistribusikan kepalsuan. Masyarakat dibentur-benturkan. Akhirnya kita meninggalkan pemerintah. Tetapi lagu ini menampakkan inti kekuatannya dengan pesan mencari kebenaran ‘api kebenaran’. Meskipun kami sudah berdarah-darah tetapi tetap akan menyerang, mencari kebenaran, sabubukna,” ujar Yowdi.
Single ini juga dibarengi dengan artwork baru. Sebagai ilustrator, Yowdi yang membuat karya sampul lagu ini, melanjutkan karya-karya ilustrasi di album dan demo sebelumnya.
Senada dengan tema lagu, artwork ini mengekspose malam mendung mencekam, yang merundungi lanskap peradaban sebuah kota maju. Ditampilkan satu sosok yang siap membuat para penguasa tak hidup tenang.
Seperti ritual rilisan-rilisan Iron Voltage sejak awal, logo mereka selalu dibuat tampil baru. Kali ini mereka memilih tekstur batu solid sebagai format pendukung logo ikonik Iron Voltage.
Musik
Iron Voltage begitu tergila-gila dengan tata sonik thrash metal era 80an. Sampai rilisan terbaru ini, unsur old school tetap dipertahankan.
Jika dicermati, teknis old school pada lagu ini akan terdengar berbeda dengan apa yang pernah mereka kenalkan di demo atau album perdana mereka “Devastation”.
“Dulu kami pengen ngejar sound old school tetapi dengan keterbatasan ilmu dan finansial yang belum mendukung. Dulu juga kan home recording. Pemilihan sound, termasuk buat workshop gitar di studio tentu lebih serius karena hasil pengembangan dari karya sebelumnya. Yang pasti unsur old school-nya masih dijaga,” kata Yowdi.
Lewat lagu ini, Iron Voltage begitu bersemangat untuk mengenalkan sejumlah hasil eksplorasi. Posisi track drum dirancang lebih melebar dan ditempatkan di lapis terdepan yang jarang berani dilakukan sebuah band.
Bas pun dibentuk lebih tebal dan memainkan drive sehingga memunculkan nuansa kotor.
Dari sisi vokal, teknik pernapasan jadi fokus demi membentuk karakter vokal Edy yang diinginkan.
Tempo musik sengaja mereka sepakati cenderung menurun ketimbang lagu-lagu sebelumnya, supaya mendapat rasa thrash yang lebih heavy dan nge-groove.
“Tempo itu dipilih supaya memancing orang untuk headbang, sekaligus meluncurkan lirik lebih merasuk dan mampu menancapkan pesan-pesan lagu lebih maksimum,” katanya.
Setelah perilisan single “Forsaken Reign” Iron Voltage akan langsung masuk studio untuk menuntaskan album penuh kedua, masih bersama Disaster Records.***
IRON VOLTAGE ARE :
- EDY HARYANTS – VOCAL
- YOWDI SANTIAR – GUITAR LEAD
- REYGA GLATIRA – GUITAR RYTHM
- EKA – BASS
- GARRY – DRUM
CONTACT INFO
Email : ironvoltagex@gmail.com
Phone : +62 819 1001 0290 (Iron Voltage Management)
Instagram : ironvoltage
Facebook : Iron Voltage
CREDITS
Cast: Dillan Cristiawan & Rezha Disastra
Executive Producer: Maternal Disaster
Director: Irvan Aulia
Producer: Felix Tarigan
Associate Producer: Diannov Pamungkas
Line Producer: Arief F Rachman
1st Assistant Director: P
Director Of Photograpy: Yuda Ardianto
Asst. Camera: Irfan
Gaffer: Ilham Mubarok Afendi
Asst. Gaffer: Rienand ‘Ambon’ Saviola
Bestboy Grip: Taufik Septian Wijaya & Fadly Pradipta
Runner & Support Lighting: Fachry Febrian
Lighting Guard: Ilham Ispen
Camera Crew: Mamat
Art. Director: Felix Tarigan
Asst. Art Director: Rizky Puta
Set Dresser & Electrician: Azhar Magenta Langit
Stand By Set: Adi Karsana
Runner: Dani “Ecot”
Illustrator: Irvan Aulia
Editor: Irvan Aulia
Costume Designer: Bintang Bekti
Asst. Costume Designer: Maulida Ramadhania
Shaman Costume Designer: Dillan Cristiawan
Make Up Artist & Prosthetic: Dirga Febrian
Behind The Scene: Billan Aldiartsyah
Production Unit: M. Ricky Raharja, M. Akbar Juliansyah & Syukron Abdillah
Music Produce by Iron Voltage
Executive Producer by Adriansyah Damanik
All Instrument Recorded at Funhouse Studio
Engineered by Yoni
Mixed and Mastered at Funhouse Studio
Enginered by Bang Edz
Music Written by Iron Voltage
Lyrics Writen and Arranged by Edy & Yowdi
Iron Voltage logo by Yowdi Santiar
“Forsaken Reign” Logo by Yowdi Santiar