Ngobrol Bareng SMC: Band Harus Srawung Rampung Manggung
SEBUAH kedai kopi di Juwana sedang sepi sore itu. Hanya ada beberapa orang yang cangkruk di depan. Di bagian samping, ada Lejar dan dua kru Sunday Market Collective (SMC) lainnya. Mereka sedang sibuk berembuk persiapan gigs kedua : Rock Akhir Pekan Vol. 2, yang digelar Minggu, 31/7 kemarin.
Dari obrolan event, jagongan pun merembet kemana-mana. Hingga membahas gigs-gigs yang akhir-akhir ini bermunculan di Pati.
”Apa ini gelombang baru ?,” tanya Lejar kepada Northsidezine.com
”Belum,”
”Ya, sepertinya belum,” tambahnya membenarkan.
Memang, akhir-akhir ini kembali bermunculan even-even musik berkonsep gigs. Sebut saja Pati Youth Bastard (PYB), yang digarap Pati Bumi Hardcore Crew (PBHC). Gigs tersebut kembali muncul setelah sekian tahun vakum. Namun, band-band pengisi masih didominasi nama-nama lawas. Seperti Tanda Tanya, Crusher, dan Sickforit. Yang sebelumnya sudah meramaikan panggung-panggung gigs sekitar 2013-2017 an.
”Kalau sudah ada banyak band baru yang muncul, mungkin baru bisa disebut gelombang baru ya,” ujarnya.
Bukan itu saja, dari hasil obrolan Northsidezine.com bersama Lejar sore itu, menarik kesimpulan bahwa solidaritas komunitas baik antara musisi dan penikmatnya juga harus kuat.
Bermusik dengan konsep seduluran menjadi syarat mutlak untuk menghidupkan sebuah skena di Pati. Sebuah band bukan cuma bertugas tampil di panggung lalu pulang, tapi akan lebih bijak jika ikut srawung bersama komunitas saat turun panggung.
Tak hanya di Pati, semangat nguri-nguri gigs juga sedang menyala di Juwana. Seperti Rock Akhir Pekan, yang menjadi kegiatan rutinan SMC ini. Sebuah even musik yang menampilkan band-band lintas genre.
”Band-band yang main masih rock, metal, hardcore. Kemungkinan nanti Pop bisa masuk,” jelasnya.
Jika melihat kilas balik komunitas ini, sebelum merambah ke musik, pergerakan SMC justru dimulai dari berdagang. Setiap akhir pekan, sekitar setahun yang lalu, ada tujuh orang yang membuka lapak di kawasan Alun-alun Juwana. Mereka memanfaatkan keramaian pejalan kaki hingga pesepeda di sekitar fasilitas publik itu setiap pagi. Mulai sekitar pukul 06.00, Lejar dan kawan-kawan start menjajakan souvenir hingga pakaian.
Kegiatan seperti itu berlangsung sampai beberapa pekan. Namun, beberapa kali berjalan, merekapun memutuskan libur.
”Ada masalah,” ujarnya
”Orang-orangnya gak bisa bangun pagi haha,” guraunya.
Namun, ide kreatif tak hanya berhenti di situ. Kebetulan, kata Lejar, tujuh orang tadi memiliki kegemaran yang sama: mendengarkan musik. Sehingga, muncullah ide untuk kembali menghidupkan gigs di Juwana melalui even yang mereka beri nama Rock Akhir Pekan itu.
Dari situlah, jaringan pertemanan mulai bertambah. Dari tujuh orang, sekarang sudah tembus 25 anggota kominitas. Mereka terdiri dari beberapa pelaku usaha. Mulai percetakan, sablon, kopi, makanan, hingga para penikmat musik.
Dalam menjalankan Rock Akhir Pekan, SMC mengakomodir beragam genre musik untuk meramaikan kegiatan mereka. Seperti saat Rock Akhir Pekan Vol. 2 kemarin, yang menampilkan Bermain Dengan Bahagia (B.D.B.H).
Lejar sudah pernah menulis profil musisi ini di blog pribadinya: lovehappyhealthwealth.blogspot.com, dituliskan dia, B.D.B.H mengusung musik eloktronik-noise yang memadukan antara musik dengan Serat kuno seperti Serat Jangka Jayabaya untuk dijadikan sebagai komposisi.
”Sementara band-band yang main masih rock, hardcore, metal. Ke depan kemungkinan Pop bisa masuk,” katanya.